Dua minggu pertama di bulan Juni saya habiskan untuk membaca Maybe You Should Talk To Someone. Buku ini memiliki daya tarik tersendiri buat saya karena lewat gaya bercerita yang ringan, Lori Gottlieb menceritakan kisah hidupnya sebagai terapis sekaligus sebagai seorang pasien terapi. Leat buku ini juga, Gottlieb banyak menguak hal-hal yang berhubungan dengan terapi, sekaligus menyelipkan teori-terosi psikologi dalam bahasa yang mudah dicerna orang.
In February and March 2023, I read a book that I've been wanting to read since a really long time: Digital Minimalism. In this second book of Cal Newport I read, he reveals how the psychological trick social media utilizes to capture our attention. Therefore he introduces a new philosophy to tackle this: Digital Minimalism. And this is what I've been trying to do over the past few years.
Ulasan Buku Think Again: Pentingnya Mengubah Pola Pikir secara Berkala
Think Again merupakan buku yang sudah saya antisipasi untuk dibaca di bulan Maret ini. Ditulis oleh Adam Grant, buku yang terbit tahun lalu ini menuai banyak kiritik positif dan banyak dibicarakan oleh orang-orang. Di dalam buku ini, Adam Grant menegaskan pentingnya berpikir ulang dan mengubah pola pikir serta opini yang dirasa tidak lagi relevan. Kita seharusnya terus menerus merevisi pola pikir, pandangan dan opini-opini kita karena sejatinya manusia adalah makhluk pembelajar seumur hidup.
Akhir tahun 2023 kemarin saya mencoba aktivitas baru, walking tour dengan Jakarta Good Guide (@jktgoodguide di Instagram). Lewat lima rute dalam dua setengah bulan terakhir, saya berkeliling di sekitar Jakarta Utara ke Pusat, dari Sunda Kelapa sampai Pasar Baru.
365 Hari Belajar Stoikisme lewat Membaca The Daily Stoic
Salah satu kebiasaan baik yang berhasil saya lakukan di sepanjang tahun 2023 adalah membaca setiap hari, khususnya buku The Daily Stoic yang ditulis oleh Ryan Holiday dan Stephen Hanselman. Buku ini jadi perjalanan membaca saya yang terpanjang. Lewat petikan yang diambil dari tokoh-tokoh stoikisme zaman dulu, buku ini menyajikan bacaan singkat harian tentang stoikisme dan membahas bagaimana kita bisa mengimplementasikan filosofi ini dalam kehidupan sehari-hari.
Barbenheimer Part Two: The Thought-Provoking Message from Barbie
After Oppenheimer, I continued with Barbie movie. I wasn't prepared that this movie can be really dense and deep, like Oppenheimer. This type of movie seems dull for some people, but Barbie requires us to watch with broad perspective in order to get the message of the film. So, if you don't understand this movie (or even curse this movie for being "weird"), perhaps this article might help you.
Barbenheimer Part One: Oppenheimer is, Indeed, Not For Everyone
On July 19 2023, famously being known as the Barbenheimer Day, I went to the cinema alone to watch Oppenheimer. As much as self-proclaimed Nolanās fans say, this movie is indeed not for everyone. And unfortunately, this is quite not for me neither.
I spent the first week in July reading Wrong Place, Wrong Place by Gillian McAllister. The book has good premise and story concept, but the writing style seems to be a little bit off.
Bulan Mei kemarin saya membaca buku No Hard Feelings karya Liz Fosslien dan Mollie West Duffy. Lewat buku ini, Liz dan Molli mengajak pemaca untuk menormalisasi emosi dan perasaan di dunia kerja. Buku ini juga memberikan tips mengelola emosi di pekerjaan kita, serta menekankan bahwa mengekspresikan emosi itu perlu, dengan cara dan di waktu yang tepat.
Dua minggu pertama di bulan Juni saya habiskan untuk membaca Maybe You Should Talk To Someone. Buku ini memiliki daya tarik tersendiri buat saya karena lewat gaya bercerita yang ringan, Lori Gottlieb menceritakan kisah hidupnya sebagai terapis sekaligus sebagai seorang pasien terapi. Leat buku ini juga, Gottlieb banyak menguak hal-hal yang berhubungan dengan terapi, sekaligus menyelipkan teori-terosi psikologi dalam bahasa yang mudah dicerna orang.
In February and March 2023, I read a book that I've been wanting to read since a really long time: Digital Minimalism. In this second book of Cal Newport I read, he reveals how the psychological trick social media utilizes to capture our attention. Therefore he introduces a new philosophy to tackle this: Digital Minimalism. And this is what I've been trying to do over the past few years.
On Confidence: Menguak Masalah Krisis Kepercayaan Diri
Tanggal 2 Januari 2023 kemarin, saya terjebak di dalam pesawat yang melintasi langit Medan - Jakarta selama 2.5 jam. Tidak banyak yang bisa dilakukan, jadi saya memutuskan untuk membaca seri The School of Life pertama saya: On Confidence. Topik yang cukup relate dengan saya pribadi, karena soal kepercayaan diri memang selalu jadi masalah utama buat saya. Dan alhasil, buku ini mengoreksi pemahaman saya soal kepercayaan diri itu sendiri!
Disney+ menghadirkan satu series lagi yang berjudul Obi-Wan Kenobi. Dalam series ini, Ewan McGregor dan Hayden Christensen berakting kembali setelah 17 tahun, semenjak Star Wars Episode 3 : Revenge of The Sith. Series ini memang didedikasikan untuk penggemar Star Wars sehingga membuat series ini menuai banyak ekspektasi tinggi dari penggemarnya. Series ini juga yang membuat saya sendiri menjadi penggemar Star Wars.
Selama bulan April 2022, saya membaca buku Peak yang ditulis oleh Anders Ericsson dan Robert Pool untuk menguak, apa yang sebenarnya membedakan orang yang andal di bidangnya dengan orang-orang biasa, dan faktor apa saja yang membuat seseorang andal di bidang tertentu. Di buku ini, Erisson dan Pool menyimpulkan bahwa deliberate practice-lah yang membuat seseorang jago di bidangnya. Malahan, faktor talenta dan kecerdasan bawaan lahir hanya memberikan pengaruh sangat kecil.
The twenty-one-century society seems to neglect sleeping activity. One of the reasons is because most of us still think that this activity is just a waste of time, whereas sleeping is one of the major keys that really determines our productivity and working performance. That being said, without getting enough sleep, our own body will punish us for not being able to perform well in our everyday life.
Ulasan Buku Think Again: Pentingnya Mengubah Pola Pikir secara Berkala
Think Again merupakan buku yang sudah saya antisipasi untuk dibaca di bulan Maret ini. Ditulis oleh Adam Grant, buku yang terbit tahun lalu ini menuai banyak kiritik positif dan banyak dibicarakan oleh orang-orang. Di dalam buku ini, Adam Grant menegaskan pentingnya berpikir ulang dan mengubah pola pikir serta opini yang dirasa tidak lagi relevan. Kita seharusnya terus menerus merevisi pola pikir, pandangan dan opini-opini kita karena sejatinya manusia adalah makhluk pembelajar seumur hidup.
Mengapa Kita Tidur : Penjelasan Saintifik tentang Tidur dan Mimpi
Pada bulan Februari yang lalu saya menghabiskan 24 hari membaca buku Mengapa Kita Tidur yang ditulis oleh Matthew Walker. Lewat buku ini, Walker mengupas habis-habisan mengenai tidur: apa yang terjadi saat kita tidur, khasiat yang diberikannya kepada manusia, serta apa yang terjadi bila kita melanggar mandat biologis ini. Buku ini sangat mengubah perspektif saya tentang tidur sehingga tidak berlebihan bila saya menobatkan buku ini sebagai salah satu buku terbaik yang saya baca tahun ini.
So Good They Canāt Ignore You : Kekeliruan dalam āFollow Your Passionā
Buku kedua yang saya baca di bulan Januari: So Good They Can't Ignore You yang ditulis oleh Cal Newport. Di dalam buku ini Newport mengajak pembaca untuk berpikir kembali tentang passion.
Ulasan Buku Educated : Esensi Penting Pendidikan lewat Cerita Tara Westover
Bila saya ditanya, buku apa yang paling berpengaruh dan memberikan kesan mendalam sepanjang umur hidup saya, Educated bakal jadi salah satu jawaban saya. Betapa tidak, buku ini adalah buku nonfiksi pertama yang saya baca. Di bulan Januari 2020, sewaktu saya berusia 19 tahun, saya memutuskan untuk membaca buku ini dalam versi Bahasa Inggrisnya.
Pengalaman baca pertama kali dengan Stephen King. Kali ini saya membaca buku The Outsider. Besar ekspektasi saya untuk karya Stephen King yang satu ini, tapi rupanya buku ini di luar ekspektasi.
Saya menghabiskan 21 hari pada bulan Mei lalu untuk membaca buku War and Peace karya Leo Tolstoy. Sejauh ini, War and Peace merupakan buku tertebal yang saya baca di tahun ini, dengan tebal sebanyak 1000 halaman. Setelah saya selesai membaca buku ini, saya dibuat emosional oleh Leo Tolstoy. Tolstoy berhasil membuat saya terpukau bagaimana beliau mengemas sejarah terpenting yang mengubah Rusia dalam bentuk literatur yang paling fenomenal yang pernah ada.